Agar TKI Bisa Dibuka Lagi, Taiwan Keluarkan Izin Khusus agar Petugas Medis Indonesia Bisa Jalani Pelatihan Langsung di Taiwan
TAIWAN - Keberhasilan Taiwan dalam menangani wabah virus korona Wuhan (Covid-19) telah dikenal luas oleh dunia, dan sebagai bagian dari komunitas internasional, Taiwan terus berperan aktif untuk menyalurkan bantuan dan berbagai pengalaman dengan negara-negara lain.
Baru-baru ini National Taiwan University Hospital (NTUH) membagikan berbagi pengalaman di bidang penanganan wabah dengan Indonesia melalui telekonferensi, dan mendatangkan 8 orang petugas medis asal Indonesia untuk menjalani pelatihan klinis secara langsung di Taiwan.
Sejak tahun 2012, NTUH telah menjalin hubungan pertukaran dengan berbagai instansi medis di Indonesia. Namun karena wabah yang masih berlangsung, tahun ini kegiatan seminar dan pertukaran dengan Indonesia dilaksanakan via telekonferensi.
[post_ads]
Selain itu, meskipun situasi wabah di Indonesia masih dalam kondisi serius, NTUH dan Kementerian Luar Negeri Taiwan (MOFA) tetap berupaya untuk menyampaikan kepedulian, di antaranya dengan mendatangkan 8 orang petugas medis dari Indonesia untuk menjalani pelatihan di Taiwan selama 4 hingga 6 bulan.
Sebelum memulai pelatihan, para peserta harus menjalani 14 hari karantina rumah, pengambilan sampel, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara mandiri selama 7 hari.
Pada tanggal 30 November kemarin, NTUH mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan bahwa pelatihan untuk petugas medis Indonesia resmi dimulai.
Kepala NTUH, Wu Ming-shiang, mengatakan di bawah kerangka Kebijakan Baru Arah Selatan (New Southbound Policy), NTUH sudah menjalin kerja sama dengan Libya, Mongolia dan Vietnam.
[post_ads_2]
Tahun ini NTUH telah menandatangani MOU dengan beberapa rumah sakit dan fakultas kedokteran di Indonesia, bahkan mendatangkan petugas medis Indonesia untuk menjalani pelatihan langsung di Taiwan.
Salah seorang peserta pelatihan yang bernama Jati (dokter spesialis mata) menjelaskan sebelum datang ke Taiwan, ia harus menjalani tes asam nukleat, dan setelah tiba di Taiwan ia harus menjalani karantina rumah selama 14 hari, kemudian menjalani tes asam nukleat sebanyak 2 kali.
Ia juga mengaku sangat kagum dengan proses karantina yang diterapkan di Taiwan yang menyediakan 1 ruangan karantina untuk 1 orang. Melalui pelatihan ini, Jati berharap dapat memperkenalkan teknik pengobatan glaukoma Taiwan ke Indonesia.
source: taiwantoday
COMMENTS