Tenaga kerja Indonesia (TKI) atau pekerja migran Indonesia (PMI) mungkin banyak yang sudah betah kerja di luar negeri karena penghasilan tinggi. Berbeda dengan Darwinah, dia memilih kembali ke Tanah Air dan berbisnis di kampung halaman Jawa Barat.

Darwinah merupakan mantan TKI Hongkong yang bekerja sebagai baby sitter selama 2004-2008. Sebelum memutuskan bekerja di sana, dia memang sudah memiliki rencana yang matang salah satunya yakni mencari modal usaha.

"Saat itu niatan saya bekerja ke luar negeri 2 tahun pertama untuk membahagiakan kedua orang tua, 2 tahun berikutnya mencari modal. Ketika hal itu sudah saya dapat, saya pulang ke Tanah Air," kata Darwinah dalam program d'Mentor detikcom, Kamis (21/4/2022) malam.
[post_ads]
Selama menjadi TKI di Hongkong, perempuan asal Indramayu itu juga aktif ikut organisasi Islam khusus warga Jawa Barat, mengajar di salah satu masjid ternama di Hongkong, hingga mengikuti kelas kewirausahaan. Ilmu-ilmu yang didapat itu lah yang langsung diterapkan di kampung halamannya.

Saat pulang ke kampung halaman pada 2008, Darwinah mengaku tidak langsung berwirausaha melainkan riset terlebih dahulu apa potensi dan yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Dia memutuskan berkeluarga dan sempat membuka kursus pendidikan agama gratis untuk masyarakat sekitar.

"Melihat kondisi di Indramayu yang terkenal dengan kabupaten pengirim pekerja migran terbanyak Indonesia, saya melihat potret anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya bermigrasi ke luar negeri kurangnya perhatian dari sisi agama, sehingga pada saat pulang ke Tanah Air saya membuka kursus untuk pendidikan agama gratis untuk masyarakat sekitar," jelasnya.

Baru lah pada 2009 tercetus bisnis keripik usus ayam hingga keripik ceker ayam di bawah brand Kenanga Mandiri. Meski begitu, diakui keuntungan tidak langsung didapat saat memulai bisnis.
[post_ads_2]
"2009 masih belum menggunakan uang (hasil jadi TKI) karena kebetulan waktu itu saya depositokan. Awal-awal nggak untung karena saya tidak punya ilmu bagaimana cara mengolah ceker ayam dan sebagainya, tapi senang saja karena dilakukan dari ikhtiar sendiri," tuturnya.

Butuh waktu satu tahun untuk membuat produk camilan Darwinah disukai dan laris di pasaran. Kini omzetnya dalam satu bulan bisa mencapai Rp 20 juta per bulan, itu pun baru dari satu produk saja.

"Kalau untuk satu produk itu omzet per bulan paling bagus Rp 15-20 juta untuk keripik usus doang. Ada beberapa produk lainnya sebenarnya di bawah brand Kenanga Mandiri," imbuhnya.

sumber: detikcom