KabarBMI
Ryana, Nekad Berangkat ke Taiwan Sendirian Menjadi PMI Ditengah Situasi Seperti ini, Katanya: Demi Anak
Suara BMI
SUARABMI.COM - Ryana, 37 tahun, seperti tidak peduli dengan program repatriasi dari pemerintah yang ingin memulangkan sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri karena pandemi virus corona (Covid-19).
Ketika virus corona masih melanda Indonesia dan terjadi di beberapa negara lain, Ryana yang asal Indramayu, Jawa Barat, ini justru hendak pergi ke Taiwan guna menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI).
Tekad Ryana menjadi TKI di Taiwan sudah bulat, bahkan jika harus menantang virus corona yang masih mewabah.
[post_ads]
Pada Rabu (13/5) siang, di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Ryana sudah duduk di bangku lobi keberangkatan. Sendiri.
Ryana berada di lobi keberangkatan usai melewati posko pertama di Terminal 3 yang memeriksa kelengkapan berkas penerbangan. "Cek paspor aja. Sama itu suhu badan," kata Ryana
Pandangan Ryana tak luput dari layar telepon selularnya. Sesekali ia mengirim pesan singkat atau melakukan panggilan telepon. Dengan bahasa daerahnya, sayup-sayup suaranya terdengar sedang berkomunikasi dengan keluarga, suami, dan anaknya di rumah.
"Demi anak," tutur Ryana rencana keberangkatannya ke Taiwan menjadi TKI.
Keberangkatan Ryana menjadi TKI bukan kali pertama. Sejak 2007, ini sudah kali kelima bagi Ryana menjadi buruh migran di luar negeri. Sebelumnya, ia pernah butuh migran di Arab Saudi dan Singapura. Masing-masing dua tahun.
Karena alasan itu juga Ryana tidak ragu mengais rezeki di negeri uang demi menghidupi keluarganya dan buah hatinya yang masih kecil.
Ryana adalah tamatan sekolah menengah pertama. Sejak lulus itu, ia membantu ekonomi keluarganya dengan menjadi pahlawan devisa: menyekolahkan adik-adiknya, mengobati orang tuanya yang sedang sakit.
[post_ads_2]
Kali ini, setelah menikah dan memiliki anak, ia berharap keberangkatannya bisa untuk membangun rumah sendiri, dan menyekolahkan anak semata wayangnya, yang masih berusia 16 bulan.
"Dulu sebelum nikah buat ibu buat ayah lagi sakit. Buat adik-adik sekolah. Sekarang buat anak, bikin rumah," katanya lirih.
Ryana telah menitipkan anaknya ke suami dan ibu mertuanya di rumah. Meninggalkan keluarga, terutama anaknya yang belum tegap berdiri bukan hal mudah bagi Ryana.
Tentu saja Ryana mengaku sedih. Namun, katanya, masih dengan suara terbata-bata, ini adalah keputusan berat yang sudah ia ambil dan mau tidak mau harus dijalani dengan segala prosesnya.
Rencana Ryana untuk berangkat ke Taiwan sudah ia putuskan sejak April lalu. Bahkan, saat geger corona sampai di telinga Ryana, ia tidak juga mengubah keputusannya itu.
Ryana mengaku tidak takut. Ia berujar, corona hanya persoalan kesehatan yang bisa ditangani dengan cara hidup bersih.
Apalagi, tempat karantina Ryana di Jati Asih, Kota Bekasi, telah mengabarkan ke Ryana bahwa negara yang akan didiaminya selama tiga tahun ke depan, kini sudah aman dari corona.
"Sudah aman sekarang, katanya," ucap Ryana.
Di Taiwan nanti Ryana akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Majikannya adalah seorang lansia. Ia akan mengurus majikannya itu mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur.
Tidak ada yang melarang Ryana dengan keputusan nekatnya itu. Bukan pula oleh keluarga atau pemerintah.
cnnindonesia