Taiwan Galau Mau Turuti Indonesia yang Minta Biaya Ditanggung Majikan, Karena Vietnam Suka Kabur - Kaburan Sedangkan Filiphina Selalu Minta Gaji Besar
SUARABMI - Ketua Federasi Asosiasi Bisnis Jasa Ketenagakerjaan Nasional Taiwan mengatakan jika Taiwan menolak aturan Indonesia, Indonesia bakal mengalihkan para TKI nya untuk bekerja di negara lain dan itu sangat bahaya bagi Taiwan dimana nanti para majikan lansia tidak lagi bisa ambil pembantu dan harus mengirimkan orang tua mereka ke panti jompo.
Permintaan panti jompo pasti akan lebih besar dari biasanya. Oleh karenanya agensi mendesak agar pemerintah mengembangkan lebih banyak negara sumber pekerja migran untuk mengatasi hal ini kedepannya.
Menurut statistik Kementerian Tenaga Kerja, hingga September tahun ini, terdapat lebih dari 690.000 pekerja migran di Taiwan, di antaranya 253.770 adalah pekerja migran perawat lansia.
[post_ads]
Diantaranya, Indonesia adalah sumber utama dan jumlahnya 194.254, atau 76,5%. Filipina dan Vietnam berjumlah hanya lebih dari 20.000. Agensi tersebut menunjukkan bahwa pekerja migran Taiwan sebagian besar berasal dari Vietnam, India, Filipina, dan Thailand. Jika lebih banyak pekerja migran dapat dikembangkan, nilai tawar Taiwan dapat ditingkatkan.
Kembangkan negara asal untuk meningkatkan daya tawar
Menurut Kementerian Tenaga Kerja, saat ini terdapat Vietnam, Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, Mongolia, dan negara asal pekerja migran kerah biru lainnya. Malaysia memiliki sedikit pekerja migran kerah biru dalam beberapa tahun terakhir karena perkembangan ekonomi yang baik dan peluang kerja yang melimpah, sedangkan Mongolia Ada beberapa penerjemah Mongolia di Taiwan dan komunikasi bahasanya tidak mudah, sehingga mereka belum diperkenalkan.
Huang Gaojie menganalisis bahwa di antara empat negara sumber utama pekerja migran, Indonesia adalah sumber utama dan tervaforit.
Alasannya, pekerja migran Filipina pada umumnya tidak mau belajar bahasa Mandarin dan Taiwan, dan “kesulitan berkomunikasi dengan orang tua.”
Thailand mengharuskan pekerja perawatan untuk setidaknya menyamakan gaji pokok pekerja resmi mereka.
Sedangkan Indonesia hanya 17.000 yuan, jauh lebih rendah dimana banyak majikan kelas bawah mampu membayarnya.
Vietnam memiliki tingkat kaburan yang tinggi, dan mereka harus menunggu setidaknya 3 bulan sebelum mereka dapat memperkenalkan pekerja migran baru setelah ditinggal kabur. Menjadi alasan Vietnam tidak jadi primadona.
Chen Xiulian, seorang peneliti di Taiwan International Labour Association, mengatakan bahwa saat ini, jika seorang majikan ingin mempekerjakan seorang pekerja perawatan jangka panjang di negara tersebut, harganya lebih dari 60.000 yuan sebulan, tetapi hanya membutuhkan biaya 17.000 yuan sebulan untuk menyewa seorang pengasuh asing dan hanya membayar kontrak setiap hari 500 yuan dapat membuatnya bekerja lembur dan 24 jam sehari.
[post_ads_2]
Meskipun Menteri Tenaga Kerja bersikap keras, saat ini Taiwan membutuhkan pekerja perawatan asing dan "tidak ada ruang untuk negosiasi."
Myanmar dan Kamboja bisa dimasukkan dalam rencana tersebut
Huang Gaojie percaya bahwa prioritas utama haruslah membangun lebih banyak negara sumber tenaga kerja migran, seperti Nepal, Bangladesh, Kamboja, India, dll., Yang semuanya merupakan negara yang layak, dan hanya dengan melakukan itu daya tawar Taiwan dapat ditingkatkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja menunjukkan bahwa Myanmar, Kamboja, Bangladesh, dan India dapat menjadi negara sumber impor tenaga kerja asing dari Taiwan di masa mendatang.
Negara - negara tersebut diantaranya, Myanmar, Kamboja, dan Thailand memiliki kesamaan adat istiadat dan masyarakat, serta terdapat banyak orang Tionghoa dan pemeluk agama yang sama. Dalam Buddhisme, tingkat adaptasi dan penerimaan Taiwan dapat direncanakan lebih baik dibandingkan dengan Thailand.
COMMENTS