SUARABMI - Karena epidemi yang tak kunjung usai dan terhalangnya masuknya pekerja migran ke Taiwan yang ditangguhkan sejak 19 Mei lalu menjadi penyebab kekurangan tenaga kerja di Taiwan baik itu disektor resmi maupun non resmi alias kaburan.
Karena hal ini, banyak perusahaan konstruksi terpaksa menaikkan upah mereka agar ada pekerja yang mau bekerja.
Banyak pekerja kaburan yang mengajak teman temannya untuk melarikan diri dan bekerja secara ilegal di lokasi konstruksi karena kenaikan upah di sektor ini khususnya untuk kaburan.
Statistik dari Kementerian Dalam Negeri menunjukkan bahwa pada akhir Juni tahun ini, ada 52.000 pekerja migran yang kabur di Taiwan, hal ini terus meningkat sejak penutupan pengiriman tenaga kerja 19 Mei lalu.
[post_ads]
Seperti di Yunlin Taiwan, dari Januari hingga Mei hanya ada tambahan pekerja resmi 100 dari beberapa negara namun yang kabur alias melarikan diri dari majikannya mencapai angka 500 orang.
Bahkan banyak yang melarikan diri setelah atau saat isolasi, dan majikan dirugikan karena telah membayar biaya isolasi namun tak mendapatkan pekerja yang diharapkan.
Badan sumber daya manusia di Taiwan Tengah menunjukkan bahwa kekurangan tenaga kerja di semua lapisan masyarakat benar-benar serius, terutama industri manufaktur kecil dan menengah, yang terutama untuk ekspor. , tetapi tidak ada pekerja untuk diproduksi, sehingga mereka harus mencari pekerja ilegal.
[post_ads_2]
Bahkan untuk mendapatkan pekerjaan, pekerja sektor pabrik awalnya memiliki gaji harian 800 NT, tetapi sekarang mereka benar-benar menawarkan harga ganda 1.500 NT.
Agen tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja migran yang melarikan diri berusia dua puluhan dan memiliki kekuatan fisik yang tepat. Oleh karena itu mereka dipekerjakan di lokasi konstruksi yang sangat kekurangan pekerja dan juga sektor memetik teh dan buah.
Bahkan gaji harian mereka juga meningkat pesat dari awalnya hanya 1200NT kini menjadi 2000an NT bahkan ada yang mendekati NT$2500 per harinya.
sumber: yahoo taiwan