Sah Taiwan dan India Menandatangani MOU Pekerja Migran, TKI: Saingan Telah Datang Kawan ...
Untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja, banyak negara meningkatkan sumber pekerja migran, termasuk Taiwan yang menandatangani MOU dengan India. Setelah pertukaran dokumen selesai, hal ini akan dilaporkan kepada Dewan Eksekutif untuk diajukan ke Dewan Legislatif, kata Menteri Tenaga Kerja, Hsu Ming-chun.
Dia menegaskan bahwa saat ini hanya dalam uji coba skala kecil, bukan seperti yang diberitakan sebelumnya, yaitu lebih dari 100.000 orang. Para ahli juga menganalisis bahwa dengan adanya industri terbuka yang sudah ada, menambah satu lagi negara asal pekerja migran berarti menambah satu pilihan, dan hal ini tidak akan mempengaruhi peluang kerja di Taiwan.
Di bawah sinar matahari yang menyengat, para pekerja bekerja dengan keringat bercucuran, masalah kekurangan tenaga kerja menjadi semakin mendesak. Setelah absen selama 20 tahun, Taiwan kembali meningkatkan negara asal pekerja migran dengan menandatangani MOU dengan India.
[post_ads]
Setelah pertukaran dokumen selesai, hal ini akan dilaporkan kepada Dewan Eksekutif untuk diajukan ke Dewan Legislatif, kata Menteri Tenaga Kerja Hsu Ming-chun. Dia menekankan bahwa saat ini hanya dalam uji coba skala kecil, dan jenis industri terbuka serta jumlah pekerja migran akan ditentukan oleh Taiwan.
Menteri Tenaga Kerja Hsu Ming-chun mengatakan, "Karena ini adalah kerjasama pertama kali dengan India, bagian dari India juga akan diuji coba dalam jumlah kecil. Jenis industri terbuka dan jumlah orang yang dibuka untuk pekerjaan, semuanya akan ditentukan oleh Taiwan, dan tidak ada rencana untuk mengimpor 100.000 pekerja migran dari India."
Saat ini, mayoritas pekerja migran di Taiwan berasal dari Indonesia, mencapai lebih dari 270.000 orang. Ditambah dengan Vietnam, Filipina, dan Thailand, totalnya sekitar 750.000 orang. Seiring dengan peningkatan ekonomi di keempat negara tersebut, permintaan akan tenaga kerja juga meningkat, yang menyebabkan minat warga lokal untuk bekerja di luar negeri menjadi lebih rendah.
Oleh karena itu, banyak negara mulai mempersiapkan diri dengan membuka lebih luas akses untuk pekerja migran, seperti yang dilakukan oleh Jepang dan Korea, yang membuka akses untuk lebih dari sepuluh negara.
[post_ads_2]
Asisten Profesor di Institut Studi Internasional Universitas Nasional Taiwan, Hsin Ping-lung mengatakan, "Jadi dalam situasi seperti ini, jika kita tidak meningkatkan sumber negara asal, kita mungkin akan menghadapi masalah di masa depan, di mana negara asal pekerja migran saat ini mungkin tidak lagi mengirimkan pekerja migran."
Dengan populasi India yang telah mencapai lebih dari 1,4 miliar jiwa, pekerja migran yang datang ke Taiwan perlu membuktikan keahlian mereka serta memperoleh sertifikat kelakuan baik. Pekerjaan yang mereka lakukan, sesuai dengan klasifikasi industri yang dibuka saat ini, dibagi menjadi dua kategori utama: kesejahteraan sosial dan industri. Para ahli menekankan bahwa menambah negara asal pekerja migran hanya berarti menambah pilihan, dan tidak akan mengurangi peluang kerja bagi warga lokal. Pemerintah juga telah menetapkan batas ketat untuk mengontrol jumlah pekerja migran.
Asisten Profesor di Institut Studi Internasional Universitas Nasional Taiwan, Hsin Ping-lung mengatakan, "Jadi, tidak akan ada pengurangan peluang kerja bagi warga lokal hanya karena ada satu negara asal tambahan. Saya sering mengatakan, misalnya, jika saya awalnya mengimpor pekerja migran dari Indonesia, sekarang saya hanya mengimpor dari India, maka jumlahnya tetap sama."
Namun, ini adalah kali pertama Taiwan dan India bekerja sama, sehingga dampak budaya juga menjadi masalah. Menurut statistik Kementerian Dalam Negeri, ada sekitar 10.000 orang India di Taiwan saat ini, dan untuk integrasi sosial di masa depan, akan diperlukan lebih banyak langkah pendukung.
COMMENTS