SUARABMI.COM - Kambing sudah sejak zaman pra-sejarah menjadi bagian dari kehidupan manusia, terutama untuk kebutuhan konsumsi daging dan susunya. Berbagai cara dikembangkan manusia seiring dengan semakin tingginya kebutuhan daging kambing. 

Jika pada jaman dulu manusia hanya sepenuhnya konvensional bergantung pada alam, kini manusia mulai megembangkan berbagai cara agar bisa mendapatkan produktifitas yang lebih bagus dari budidaya kambing pedaging.

Adalah pasangan Purnomo dan Sulastri BMI Hong Kong yang kreatif mengembangkan usahas ini. Mereka adalah salah satu dari sekian banyak orang yang bisa mengeruk keuntungan hingga jutaan rupiah setiap bulan dari budidaya kambing pedaging. Bagaimana caranya dan berapa modal awalnya ?
[post_ads]
Pasangan ini saat memulai usahanya di tahun 2010 mengeluarkan modal awal sebesar 8 jutaan rupiah saat itu. Modal tersebut digunakan untuk pembuatan kandang sebesar 2,5 juta rtupiah, pengadaan sepasang kambing indukan sebesar 5 juta rupiah serta lain lain 500 ribu rupiah.

Setelah hampir 4 tahun berjalan, sepasang kambing tersebut kini jumlahnya telah berkembang menjadi 24 ekor dengan biaya operasional setiap bulan rata rata 600-an ribu rupiah atau Rp. 25an ribu rupiah per satu ekor  per bulan. Biaya operasional tersebut meliputi biaya pengadaan rumput 300an ribu rupiah sebulan, pengadaan garam dan ketela pohon sebagai suplemen makanan kambing agar pertumbuhan dagingnya cepat dan rasa dagingnya enak berkualitas.
[post_ads_2]
Kambing baru layak dijual setelah berusia rata rata satu tahun. Dengan demikian, biaya pemeliharaan kambing satu ekor saat layak jual (usia satu tahun)  sebesar 250an ribu rupiah. Jika harga jual kambing pedaging rata-rata  sebesar Rp. 2,5 juta rupiah, maka keuntungan bersih yang didapat dari terjualnya satu ekor kambing sebesar 2,25 juta rupiah.

Setiap bulan, kandang pasangan Purnomo dan Sulastri rata-rata memilii okupansi penjualan dua ekor kambing atau dengan keuntungan sebesar 4,5 juta rupiah setiap bulan. Jika saat musim bulan kurban, seluruh kambing yang sudah memenuhi syarat untuk menjadi hewan kurban, pasti laku terjual.

Mereka serius memelihara kambing ini disamping terinspirasi dari beberapa kisah sukses peternak lain, juga melihat potensi kebutuhan pasar yang kian meningkat serta sumberdaya alam disekitarnya yang sangat mendukung. Kawasan Gandusari Blitar tempat tinggal mereka secara geografis sangat mendukung pengembangan kambing. Selain factor alam yang membuat ketersediaan pakan berkualitas mudah didapat, iklim di kawasan tersebut juga sangat kondusif sehingga kambing bisa tumbuh sehat tidak mudah sakit-sakitan.
[youtube src="ZOAxwXXvIgY"/]