Kasus Corona di Jatim 'Terbang', karena TKI Pulang?
SUARABMI.COM - Provinsi DKI Jakarta memang masih menjadi hotspot penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia. Namun kini perhatian juga tertuju ke Jawa Timur karena terjadi lonjakan kasus yang signifikan.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, jumlah pasien positif corona di ibukota per 20 Mei 2020 adalah 6.236 kasus. Jakarta sendiri menyumbang lebih dari 30% kasus corona di Indonesia sehingga menjadi hotspot yang paling merah.
Meski jumlah pasien baru di Jakarta masih bertambah, tetapi persentase kenaikannya mulai melandai, setidaknya dalam empat hari terakhir. Pada 17 Mei, jumlah pasien naik 2,25% dibandingkan hari sebelumnya. Selepas itu, berturut-turut terjadi kenaikan 0,78%, 1,62%, dan 1,32%.
Provinsi dengan kasus corona terbanyak kedua adalah Jawa Timur. Per 20 Mei, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus di daerah pimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa tersebut adalah 2.496.
Sejak 10 Mei, persentase laju pertumbuhan kasus di Jawa Timur memang sudah di bawah 10%. Namun lajunya belum stabil, masih naik turun di kisaran 2-9%.
Apa yang membuat Jawa Timur menjadi rentan terhadap serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut? Kemungkinan adalah para pekerja migran (Tenaga Kerja Indonesia/TKI) yang kembali ke kampung halamannya.
[post_ads]
Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak mengirim tenaga kerja ke luar negeri. Per Maret 2020, jumlah pekerja migran asal provinsi itu adalah 4.181 orang.
Virus corona adalah pandemi global, hampir seluruh negara di dunia merasakan dampaknya. Kelesuan ekonomi global membuat perusahaan atau rumah tangga yang mempekerjakan tenaga kerja kerja Indonesia harus melakukan efisiensi.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Para kerja migran ini kemudian harus pulang ke negara asalnya.
Malaysia adalah negara terbanyak yang menampung tenaga kerja asal Jawa Timur. Negeri Jiran adalah salah satu negara yang paling awal merasakan virus corona, dengan kasus pertama dilaporkan pada 26 Januari. Oleh karena itu, para pekerja migran asal Jawa Timur sangat rentan membawa pulang virus corona.
Namun, persoalan ini tidak hanya mempengaruhi aspek kesehatan melainkan juga ekonomi. Mengutip kajian Bank Dunia, tahun ini pengiriman uang dari luar negeri (remitansi) oleh para pekerja migran di negara-negara berpendapatan menengah dan sedang diperkirakan turun 20%. Khusus Indonesia, kiriman remitansi diperkirakan turun 13%.
"Penurunan ini akan mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga di rumah tangga yng rentan. Penurunan remitansi akan membuat rumah tangga kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan lain-lain.
[post_ads_2]
"Ke depan, prospek remitansi masih penuh ketidakpastian karena dampak Covid-19 terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan upaya penanggulangan virus. Dulu, remitansi bisa menjadi solusi ketika krisis di mana pekerja migran bisa mencari pekerjaan di luar negeri dan mengirimkan uang kepada keluarganya. Namun sekarang, pandemi telah menyebar ke hampir seluruh negara," papar kajian Bank Dunia.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), total pengiriman remitansi pada kuartal I-2020 adalah US$ 2,57 miliar. Turun 10,28% dibandingkan kuartal sebelumnya dan berkurang 7,51% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pengiriman remitansi masuk di pos pendapatan sekunder dalam transaksi berjalan (current account). Bahkan remitansi mendominasi pos tersebut.
Walau transaksi berjalan secara keseluruhan terus saja defisit, tetapi pendapatan sekunder selalu surplus. Pada kuartal I-2020, transaksi berjalan membukukan defisit US$ 3,92 miliar tetapi pendapatan sekunder surplus US$ 1,63 miliar.
Andai pendapatan sekunder tidak surplus, pasti defisit transaksi berjalan bakal lebih dalam lagi. Dengan suramnya pendapatan remitansi, maka prospek pendapatan sekunder untuk menopang transaksi berjalan menjadi penuh tanda tanya. Pada akhirnya, tekanan di transaksi berjalan akan mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.
sumber: cnbcindonesia